Perihal Seni dalam Diri, Benarkah Sebuah Potensi atau Sekadar Hobi?
Menginjak usia menuju dewasa, gue merasakan banyak hal yang baru gue tau mengenai diri gue sendiri. Aneh memang kedengarannya, tapi benar adanya. Walaupun sudah mendiami tubuh ini sekitar 20 tahun-an. Tapi rasa-rasanya gue baru kenal diri gue yang sesungguhnya belakangan ini.
Gue mulai menyadari apa yang sebenarnya gue suka. Ini menarik sih, dan cukup penting juga. Misalnya buku. Gue emang suka banget baca buku dari kecil, ya bisa dilihat lah dari kacamata gue yang super tebel. Tapi gue nggak pernah ngira kalau ternyata gue bukan sekedar suka sama buku, but addicted.
Gue ketagihan. Ketagihan baca buku. Dan hal ini bener-bener bisa gue rasain ketika gue ngelihat foto-foto perpustakaan. Jiwa gue meronta untuk pengin langsung kesana, pengin ngelihat langsung indahnya tumpukan dan barisan buku. Atau saat gue gak sengaja papasan dengan toko buku, rasanya sulit untuk menahan kaki biar nggak melangkah masuk kesana. Atau saat gue mencium aroma buku, rasanya sulit untuk nggak memejamkan mata sesaat dan menikmati khimatnya suasana dengan aroma tersebut. I am totally addicted with you, books.
Dulu gue gak se-gila ini sama buku. Ketertarikan gue sama buku meroket tinggi sejak gue kenal perpustakaan kampus gue; The Crystal of Knowledge Universitas Indonesia.Perpustakaan ini berhasil bikin gue jadi ketagihan sama buku, sama ketenangan di dalamnya, dan luas imajinasi di dalamnya. Keren! Gue gak pernah menyangka sebuah tempat dapat menggali apa yang sebenarnya diri ini sukai.
Hal lain lagi yang baru gue sadari akhir-akhir ini. Sepertinya gue mencintai seni. Gue seneng kalau bisa memotret segala hal unik di sekitar gue. Nggak cuma tempat yang memang dibuat untuk jadi bahan sebuah potret, tapi juga tempat sederhana yang gue temukan keunikan di dalamnya ketika gue potret.
Entah jiwa seni ini muncul dari mana, gue bisa sangat amat menikmati segala hal di sekitar gue sekarang. Gue seneng mandangin lukisan. List place to go gue mendadak jadi perpustakaan, museum dan art fair. Pokoknya semua diluar bayangan gue sebelumnya.
Gue belum begitu paham apa yang sebenernya gue temukan dalam diri gue ini. Apakah sekadar menyalurkan hobi atau justru sebuah potensi? Yang jelas selama bisa dinikmati, kenapa harus berhenti berbagi?
Comments
Post a Comment