Mengurai Benang Runyam
Mari kita coba menulis lagi. -- Ini tentang sebuah penerimaan yang katanya berat untuk dilewatkan. Mari kita urai dengan tulisan, siapa tau bisa mewakilkan. -- Katanya, dengan menulis kita bisa mengabadikan. Lalu apa yang hendak ku lakukan sekarang? Mengabadikan kepedihan? Mengabadikan suatu rasa sakit yang tidak mudah untuk dilupakan? Atau mengabadikan sebuah potret perjuangan meraih keikhlasan? Ada panas yang sedari tadi berusaha menyeruak dari pelupuk mataku. Ada batu hitam di hati yang tidak henti-hentinya meraungkan begitu banyak keraguan, ketidakpercayaan, dendam, rasa benci, dan makian atas segala yang terjadi. Ingin sekali marah pada keadaan, melempar ribuan tanya pada Tuhan apa maksud atas segala keruntuhan yang bertubi-tubi terjadi. Mengapa seberat ini? Apa benar Tuhan terlalu yakin aku bisa melewati, meski dengan langkah yang terseok-seok dan jutaan kali ingin berhenti meski belum sampai di garis finish? Aku tidak mengerti. Aku memang ...