Cinta itu Sengaja
Cinta itu buta, katanya.
Cinta itu tak disengaja, katanya.
Namun sejak awal mengenalmu, aku sudah tahu akan mencintaimu.
Bukan perkara cinta biasa, aku mencintaimu dengan cara yang ku sengaja.
Sengaja mencintai pesona indahmu,
sengaja mencintai caramu mengurai pikir,
sengaja mencintai caramu mengendalikan setiap tatap,
sampai sengaja mencintai caramu mengeja kata.
Aku sangat sengaja.
Sengaja mencintaimu.
Sengaja mengagumimu.
Sengaja dengan segenap kesadaran dan akal sehatku.
Sebab aku tahu, kau pantas dicintai dengan sengaja.
Kau pantas dicintai dengan sebenar-benarnya.
Sayangnya hidup bukanlah mesin yang bergerak menuju impian,
bukan pula roda yang berputar sesuai keinginan.
Hidup tidak pernah berhenti menekan,
meski raga telah babak belur untuk bertahan.
Dan mereka mungkin benar,
kita tak bisa bersama hanya dalam perkara kebahagiaan, tanpa bekerja sama menjahit luka yang menyakitkan.
Memang bukan salahmu yang tidak mengemban sabar,
namun bukan pula salahku yang memilih berhenti sejenak untuk belajar.
Jika saja kau mau untuk melambankan langkah,
maka kau akan tahu bahwa cintaku butuh tempat berhenti, tak melulu soal berlari.
Jika saja kau mau lebih mendengar,
bahwa cintaku berpendar pada sisi-sisi yang lain.
Sisi cinta yang ku sengaja.
Sisi cinta yang akan selalu ada, sekalipun kau tiada.
Comments
Post a Comment