Posts

Showing posts from March, 2020

Rekayasa Kehidupan

Hidup kadang terjadi begitu saja Mengalir tanpa ada sekat yang bisa menghalangi Memberi kabar duka tanpa memilih siapa yang lebih pantas  Memberi kabar bahagia kepada mereka yang dirasa tak pantas Hidup kadang terjadi begitu saja Membawa gerombolan pilu yang buat hati menganga dalam waktu yang begitu lama, bahkan saat semua pondasi untuk membangun mimpi hampir menyentuh puncaknya Hidup kadang terjadi begitu saja Mengajakmu berdansa bersama indahnya irama jatuh cinta, lalu memberi makna ceria pada setiap rasa yang ada, namun dalam sekejap mata merenggut dia yang begitu kau puja Meninggalkan jiwa yang kering digerogoti luka Hidup kadang terjadi begitu saja Mengulitimu dengan rasa menyakitkan,  lalu mengobati dengan beludak-beludak kegembiraan, yang bahkan sebelumnya tak berani kau bayangkan Hidup kadang terjadi begitu saja Seperti tanpa isyarat Seperti tanpa memberi firasat Berputar tuk seimbangkan duniamu, sambil diam-diam meniti...

Bisakah Kita?

Beberapa hari ini, aku belajar tentang apa itu firasat. Selarik perasaan yang bisa tiba-tiba menyapa dalam hatimu berbentuk isyarat kata yang tak bersuara. Aku memperlajari itu. Aku mempelajari bagaimana aku bisa merasakan firasat itu, dan membuatnya sebagai bisikan hati yang akan sampai pula ke hati yang lain. Aku memfirasatkan kamu.  Ada rasa yang tak bisa aku jelaskan tentang bagaimana mungkin aku bisa tahu bahwa kamu sebenarnya diam-diam memperhatikanku. Padahal sebelumnya aku kaku dan cenderung beku, jarang merasa bahkan untuk setiap hal yang terlihat. Tapi tentang kamu, isyarat itu sampai ke hatiku, dan firasat itu seperti berbicara lantang depan wajahku bahwa kamu memperhatikanku.  Aku bukan cecak di dinding yang hanya bisa bersuara dan menatap diam-diam tanpa menggubris, aku kirim balik isyarat kecil yang sempat kau lemparkan. Ku buatkan puisi, yang aku tahu bahwa kamu akan tahu kalau itu memang ditujukan untuk kamu. Dan benar saja, kamu menangkap isyaratku ...

Kontemplasi Semu

Ku dengar samar sejak tadi, riuh yang memenuhi kepala. Seperti biasa, terjebak dalam pikiran tanpa tindakan. Terlambat ku sadari bahwa memikirkan memiliki jarak yang panjang dengan melakukan.  Selalu memberi kesempatan utama untuk berpikir nyatanya tak melulu membawa keberhasilan. Malahan, seringkali berujung pada rentetan penundaan yang tak berarti.  Kata siapa kontemplasi benar-benar terakurasi? Justru, kontemplasi yang terlalu dalam membuat diri terpenjara dalam hal yang itu-itu saja dan seringkali mengesampingkan aksi yang harusnya dilakukan sejak awal.  Rasa-rasanya, semua menjadi terasa semu tanpa adanya sebuah hal yang benar-benar dilakukan. Memikirkan tanpa berakhir tindakan benar-benar sebuah kontemplasi semu.