Waktunya Pergi

Beberapa dendam terpendam lebih dalam ketimbang yang lainnya
Beberapa kejadian lebih sulit dilupakan ketimbang yang lainnya
Beberapa kecewa lebih lama termaafkan ketimbang yang lainnya
Lalu kita menjadi manusia yang pincang karena banyaknya luka
Berjalan terseok-seok dengan nanah di kaki dan babak belur di hati
Sambil terus menutupi sakit dengan mati-matian
Menyeka air mata yang tak lagi bening warnanya
Karna terlalu lama disembunyikan, simbol kekuatan
Terus saja menambal luka dengan senyum kepalsuan
Mengais sisa-sisa kepedihan untuk bekal memaafkan
Mencari ikhlas yang sulit ditemukan
Ingin berhenti, sialnya malah menginjak jalan penuh duri
Satu dua detik terdiam, kemudian berbisik, "Kenapa? Kenapa semesta tak pernah berpihak?"
Tak sampai akal pikiran, menjauh mungkin satu-satunya pilihan
Bercumbu dengan sepi dan mengurung segala dalam diri mungkin cara terbaik untuk mengobati
Untuk kembali merasa ada, untuk kembali merasa hidup

Kamu kelak kembali, kan?
Semoga

Comments

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  2. Karena bukan penghobi baca buku dan penikmat sastra, saya cukup kesulitan memahami isi dari tulisan ini 🙃

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Kerja Part-Time di Burger King. Gimana Caranya?

Kontemplasi Semu

Tak Kenal Maka Tak Sayang