Setelah Tiga Tahun

Terbentur, terbentur, terbentuk.

Sebuah baja harus ditempa supaya menjadi sebuah pedang. 

Begitu pun manusia, harus berproses untuk menjadi sebagaimana manusia. Yang dituntut untuk tak patah meski berjuta kali ditempa. Yang pada akhirnya terbentuk dengan ribuan cerita di setiap perjalanannya. 

Menjejaki sebuah fase baru dalam hidup tidak pernah mudah.

Seperti fase ketika dihadapkan dengan lingkungan baru yang penuh canggung. Fase belajar untuk merangkul pundak sendiri, memberi afirmasi untuk kian bangkit dari perasaan terpuruk, juga menepuk dada sendiri dengan bangga atas setiap pencapaian kecil adalah bagian dari proses untuk menjadi seorang manusia. 

Dari segala aral dan terjal yang dilalui, ternyata luput dari pandangan, mereka-mereka yang tak pernah absen kehadirannya ketika aku sibuk mengurung diri dengan alibi untuk berdiri di atas kaki sendiri. 

Ternyata, hidup tidak serumit yang ada di kepala. 

Setelah tiga tahun belajar menjadi sebagaimana harusnya manusia, wisuda ini bagaikan wujud kasat mata dari sebuah ucapan terima kasih kepada mereka.  

Terima kasih karena telah menjadi pengukir senyum, yang indahnya memudar ketika diri terlalu sering mengucap lelah.

Terima kasih telah bertangan malaikat, menolong tanpa putusnya ketika menyerah selalu jadi satu-satunya pilihan.

Terima kasih telah membawa cahaya, ketika redup di mata sudah tidak lagi dapat disembunyikan.

Terima kasih bagi mereka yang terus menghidupkan mimpi-mimpi juga cita-cita.

Banyak yang bilang, perjalanan masih panjang.

Tapi bagiku yang terpenting adalah bagian dari memaknai setiap bagian cerita dari hidup meskipun perjalanannya tak sepanjang yang orang bilang.

Satu hal yang ingin kusampaikan pada diriku di masa depan adalah semoga selalu bahagia menjalani setiap bagian cerita dalam hidup yang sudah Tuhan siapkan. 




Comments

Popular posts from this blog

Kerja Part-Time di Burger King. Gimana Caranya?

Kontemplasi Semu

Tak Kenal Maka Tak Sayang