Mungkin Esok Hari
Terhitung dua bulan sudah kita hanya memiliki jarak. Jarak yang memaksa kita berhadapan dengan sekat-sekat, tempat tubuh selalu ingin merebah. Jarak yang membatasi kita dengan sirap-sirap, tempat kita gantungkan baju penuh peluh. Jarak yang diam-diam dekatkan kita pada sebuah tempat yang biasa disebut "rumah". Menjalani kehidupan dengan definisi sederhana versi kita masing-masing. Memaknai setiap kejenuhan dengan rasa syukur yang tak henti kita panjatkan kepada penguasa semesta — yang sedang tidak baik-baik saja keadaannya. Menangkis pikiran-pikiran buram khas manusia dengan hati temaram. Kita semua sungguh merasakan jenuh yang sama. Kita semua sungguh merasakan resah yang sama. Jika pagi biasanya menerbangkan segar yang memantik semangat, maka mungkin pagi ini tidak sama lagi. Jika cantik senja selalu kau tunggu-tunggu untuk segera menjemput pulang, maka mungkin hari ini tidak ada kata "pulang" lagi. Kata "pulang" bahkan seakan-akan kehil...